Jumat, 23 November 2012

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HADIS QUDSI, HADIS NABAWI DAN AL-QUR'AN

KATA PANGANTAR

Segala puji penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah membimbing manusia dengan Kalam-Nya yang Qodim, Al-Qur’an Al-Karim. Dan mengutus kepada mereka mubassyir dan mundzir yang  mempunya akhlak yang Adzim. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik – insya Allah-.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang semua perkataanya adalah wahyu. Dan semua perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifatnya adalah panutan bagi semua umatnya.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hadis di jurusan Bimbingan Konseling Islam di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Makalah ini membahas tentang Hadis Qudsi, pengertianya, lafal-lafalnya, persamaanya dan perbedaanya dengan Hadis Nabawi dan Al-Qur’an.
            Penyusun sangat berterima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hadis yang telah membimbing kami untuk mengetahui ilmu hadis dan membuat makalah ini. Dan juga kepada semua yang membantu dalam penyusunanya.
            Tentunya dalam makalah ini dengan segala keterbatasan tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari Dosen Pengampu dan semua pembaca untuk perkembangan pengetahun penyusun. Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

                                                                                                            Penyusun
                                                                                                  SAEFUL MUBAROK DKK







DAFTAR ISI
KATA PANGANTAR……………………………………………………   i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..    ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………...    1
1.2  Rumusan Masalah…………………………………………………..     1
1.3  Tujuan Penulisan……………………………………………………     1
BAB II PEMBAHASAN
1.2.1. Pengertian Hadis Qudsi……………………………………….....     2
1.2.2. Lafal-lafal Hadis Qudsi dan Contohnya………………………....    2
1.2.3. Persamaan Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an…………    3
1.2.4 . Perbedaan Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an…………   3
BAB III PENUTUP
 A.Kesimpulan…………………………………………………………....    5
B.Saran…………………………………………………………………...    5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….   6



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ulumul hadis adalah salah satu bidang studi atau mata kuliah yang sangat penting bagi para pelajar dan mahasiswa yang ingin mempelajari hadis dan keislaman secara mendalam. Baik di Pesantren, Madrasah Aliyah Maupun Di Perguruan Tinggi. Hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi yang dijadikan dasar hukum Islam setelah Al-Qur’an. Seseorang tidak akan mampu memahami hadis dan permasalahanya secara benar dan mendalam tanpa mengetahui ulumul hadis terlebih dahulu. Dan salah satu pembahasan ulumul hadis adalah Hadis Qudsi.
Hadis Qudsi perlu dibahas karena ternyata banyak masyarakat dan khususnya para pelajar yang belum mengerti statusnya. Apakah ia sama dengan Al-Qur’an karena periwayatanya langsung dari Allah atau ia sama dengan hadis pada umumnya?. Pada awalnya mereka mengatakan berbeda, tapi setelah melakukan perdebatan dan Tanya jawab mereka ragu akan hal itu.  Oleh karena itu penyusun menyatakan bahwa Hadis Qudsi penting untuk dibahas dan diperdalam.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penyusun membatasi masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari Hadis Qudsi?
2.      Bagaimanakah lafal-lafal dan contoh dari Hadis Qudsi?
3.      Apa persamaan dan perbedaan antara Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui pengertian, contoh dan lafal-lafal dari Hadis Qudsi.
2.      Dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an.
3.      Menambah wawasan kepada penyusun dan pembaca tentang Hadis Qudsi.
BAB II
PEMBAHASAN

1.2.1  Pengertian Hadis Qudsi
Hadis mempunyai beberapa sinonim, menurut para pakar ilmu hadis yaitu sunnah, khabar, dan atsar.[1] Dan hadis menurut istilah adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, dan sifat.[2] Qudsi di dalam Kamus al Munawwir artinya suci. Dinamakan qudsi karena ia bersumber dari Allah yang maha suci. Kata qudsi sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi hadis. Jadi hadis qudsi adalah segala ucapan yang nabi sandarkan kepada Allah dan menceritakanya dari-Nya.[3] Dalam kata lain menurut at-Tibi hadis qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki Allah untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui ilham atau mimpi. Kemudian, Nabi SAW menyampaikan kepada umatnya menurut susunan bahasanya sendiri dengan menyandarkanya kepada Allah SWT. Dan Hadis Qudsi sering disebut juga Hadis Rabbani atau Hadis Ilahi.[4]

1.2.2  Lafal-lafal Hadis Qudsi dan contohnya.
Hadis Qudsi biasanya didahului dengan lafal-lafal sebagai berikut:
·         قال النبي صلى الله عليه وسلم قال الله عز وجل.
·         قال النبي صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه.
·         قال تعالى فيما رواه عنه رسول الله صلى الله عليه وسلم.[5]
Adapun contohnya adalah hadis yang ada di dalam kitab Arbain Nawawi, hadis yang ke 24:
عن أبي ذر الغفاري - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - فيما يرويه عن ربه عز وجل أنه قال : يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا ، يا عبادي ، كلكم ضال إلا من هديته ، فاستهدوني أهدكم ، يا عبادي كلكم جائع إلا من أطعمته ، فاستطعموني أطعمكم ، يا عبادي كلكم عار إلا من كسوته ، فاستكسوني أكسكم ، يا عبادي ، إنكم تخطئون بالليل والنهار ، وأنا أغفر الذنوب جميعا ، فاستغفروني أغفر لكم ، يا عبادي ، إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ، ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني ، يا عبادي ، لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم ما زاد ذلك في ملكي شيئا ، يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم كانوا على أفجر قلب رجل واحد ما نقص ذلك من ملكي شيئا ، يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم قاموا في صعيد واحد فسألوني فأعطيت كل إنسان مسألته ما نقص ذلك مما عندي إلا كما ينقص المخيط إذا أدخل البحر ، يا عبادي إنما هي أعمالكم أحصيها لكم ثم أوفيكم إياها ، فمن وجد خيرا فليحمد الله ، ومن وجد غير ذلك فلا يلومن إلا نفسه . أخرجه مسلم في صحيحه.

1.2.3  Persamaan Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an
Assayid Ahmad bin Mubarok –Rohimahu Allahu Ta’ala- di Ibriz berkata: “saya bertanya kepadanya- maksudnya kepada ustadznya Assayid Abdul Aziz Addibagh- tentang masalah ini. Yang kami simpulkan bahwa persamaan hadis qudsi, hadis nabawi dan al-Quran  adalah bahwa semuanya keluar dari antara dua bibir –maksudnya mulut- Nabi Muhammad SAW. Dan semuanya mengandung anwar (cahaya-cahaya) dari anwarnya Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menambahkan bahwa semua yang Nabi SAW katakan adalah wahyu.[6]

1.2.4  Perbedaan Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an
Lanjutan dari pertanyaan Assayyid Ahmad bin mubarok tentang perbedaan tiga ini, yang dijawab oleh gurunya Assayid Abdul Aziz Addibagh bahwa cahaya yang di dalam al-Quran adalah qodim dari Dzat Allah SWT, karena kalamullah Ta’ala adalah Qodim. Dan cahaya yang ada di dalam Hadis Qudsi dari ruhnya Nabi SAW. Dan itu bukan seperti cahaya Al-Quran. Cahaya Al-Quran Qodim,  dan cahaya Hadis Qudsi tidak Qodim.  Sedangkan cahaya yang ada di dalam hadis yang bukan Qudsi adalah dari Dzatnya Nabi SAW. Maka semuanya adalah tiga cahaya, namun berbeda penyandaranya. Cahaya Al-Qur’an dari Dzat Allah SWT, cahaya Hadis Qudsi dari ruhnya Nabi SAW, dan cahaya yang bukan Qudsi dari dzatnya Nabi SAW.[7]
Perbedaan lainnya dapat dilihat dari 4 segi yaitu segi bahasa dan makna, periwayatan, kemukjizatan, dan nilai membacanya.
1.      Perbedaan dari segi bahasa dan makna adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an bahasa dan maknanya langsung dari Allah SWT.
b.      Hadis Qudsi maknanya dari Allah SWT. Bahasanya dari Nabi SAW.
c.       Hadis Nabawi bahasa dan maknanya dari Nabi SAW.
2.      Perbedaan dari segi periwayatan adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja.
b.      Sedangkan selain Al-Qur’an boleh.
3.      Perbedaan dari segi kemukjizatan adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an baik lafal dan maknanya merupakan mukjizat.
b.      Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi bukan merupakan mukjizat.
4.      Perbedaan dari segi nilai membacanya adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca, baik pada waktu shalat maupun di luarnya sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti maksudnya atau tidak.
b.      Hadis Qudsi dan Nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan.








BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari paparan tentang Hadis Qudsi diatas dapat disimpulkan bahwa Hadis Qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki Allah SWT untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui ilham atau mimpi. Kemudian nabi menyampaikanya kepada umatnya menurut susunan bahasanya sendiri dengan menyandarkanya kepada Allah SWT, dengan lafal seperti
قال النبي صلى الله عليه وسلم قال الله عز وجل.
Hadis Qudsi juga mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dengan Hadis Nabawi dan Al-Qur’an. Baik itu perbedaan dari segi lafalnya, bahasa dan maknanya, periwayatanya, kemukjizatanya, nilai membacanya, atau lainnya.

B.       Saran
Inilah yang dapat penyusun paparkan di makalah ini, yang tentunya pembahasan tentang Hadis Qudsi di sini masih sedikit dan perlu diperluas dan diperdalam. Dan jika ingin memperluas dan memperdalaminya, itu membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya dan membutuhkan guru-guru yang banyak yang ahli dalam masalah ini dan juga referensi yang banyak.









DAFTAR PUSTAKA

An-Nawawi, Muhyiddin Abu Zakariyah Yahya bin Syaraf.
Al-Bhuti, Muhammad Sa’id Romadhon. 2011. Fil Hadisi Assyarif Wa Albalaghotu Annabawiyah. Damaskus: Darul Fikr.
Al-Hamzawi, Bassam Abdul Karim. 2009. Dirosaat Nadzoriyah Wa Tathbiqiyah Fi Syarhi Al-Mandzumah Al-Bayquniyah. Damaskus: Markaz Ulumul Hadis Annabawi
Al-Qosimi, Muhammad Jamaluddin. 2010. Qowa’idut Tahdis Min Furu’i Mustolahul Hadis. Beirut: Dar An-Nafaes.
Fauziyah, Lilis dan Andi Setiawan. 2007. Kebenaran Al-Qur’an dan Hadis 1 Untuk Kelas X Madrasah Aliyah. Solo: Tiga Serangkai.
Majid Khon, Abdul. 2011. Ulumul Hadis. Cet. Ke-5. Jakarta: Bumi Aksara.
Munawir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawir Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak.



[1] Majid Khon, Abdul. 2011. Ulumul Hadis. Cet. Ke-5. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 1.
[2] Al-Hamzawi, Bassam Abdul Karim. 2009. Dirosaat Nadzoriyah Wa Tathbiqiyah Fi Syarhi Al-Mandzumah Al-Bayquniyah. Damaskus: Markaz Ulumul Hadis Annabawi. Hal. 13.
[3] Al-Bhuti, Muhammad Sa’id Romadhon. 2011. Fil Hadisi Assyarif Wa Albalaghotu Annabawiyah. Damaskus: Darul Fikr. Hal: 12.
[4] Fauziyah, Lilis dan Andi Setiawan. 2007. Kebenaran Al-Qur’an dan Hadis 1 Untuk Kelas X Madrasah Aliyah. Solo: Tiga Serangkai. Hal: 9.
[5] Ibid.
[6] Al-Qosimi, Muhammad Jamaluddin. 2010. Qowa’idut Tahdis Min Furu”I Mustolahul Hadis. Beirut: Dar An-Nafaes. Hal: 66-69.
[7] Ibid.